Lirikdan Kunci Lagu Jadikan Hatiku Istana CintaMu (Anastasya Mia & JM Production) - Ayo Memuji Tuhan - https: C Dm C F Siapakah aku di hadapan-Mu Tuhan C Dm D G E Kau curahkan cinta-Mu Am F Apakah artiku bagi-Mu C D G Cinta-Mu setia selalu Verse 2 : C Dm C F Pantaskah ku menyambut tubuh darah-Mu C Dm D G E Karena banyak dosaku Am F Sering
LaguRohani dan Lirik - Aku Datang Dan Ku Bersujud. 15 Desember 2019 15 Desember 2019 oleh Persembahan COM. Aku Datang Dan Bersujud Dihadapanmu Kurasakan Indah Hadiratmu Kan Kubuka Mata Hatiku Dan Sluruh Jiwaku Untuk Kunikmati Firmanmu Firman Mu Yang Kuasa Arti dan Daftar Nama-nama Tuhan Dalam Alkitab 7 hari lalu. Isi Sepuluh Perintah
1455. Lirik Qasidah Nasidaria - Siapa Tuhanmu. Lirik lagu : Siapa Tuhanmu. Artis / Penyanyi : Nasida Ria. Pencipta : Nasidaria. Kategori : Lagu Qasidah Modern Populer. Jangan, jangan, jangan engkau lupa, Lupa kepada Tuhan bersujud kepada-Nya Agar diberi dogma dan taqwa. Jangan, jangan, jangan engkau lupa Lupa kepada Tuhan bersujud kepada-Nya
LirikLagu Kristiani : sumber terlengkap lirik lagu rohani Kristen, lirik lagu rohani, lirik lagu Kristen, kidung, pujian, himne, nyanyian. Siapakah aku dihadapanMu Tuhan? Kau curahkan cintaMu Apakah artiku bagiMu? CintaMu setia selalu Pantaskah kumenyambut tubuh darahMu Karena banyak dosaku
Reff: Ini aku, dihadapanMu. Ku s'rahkan diriku, apa adanya. Tak ada lagi keraguanku. Bentukku jadi seperti yang Kau mau. Kini aku, sujud berlutut. MenyembahMu dalam Roh dan Kebenaran. Aku percaya, Engkau yang sanggup. Bawa diriku, masuk indah rencanaMu.
Siapakahaku dihadapanMu Tuhan Kau curahkan cintaMu Apakah artiku bagiMu CintaMu setia selalu Pantaskah ku menyambut tubuh darahMu Karena banyak dosaku Sering ku ingkari cintaMu Dalam langkah hidupku Ampunilah aku, ampuni kelemahanku Ampuni dosaku dalam kerahimanMu Agar ku mampu wartakan kasihMu
Siapakahaku dihadapanMu Tuhan Kau curahkan cintaMu Apakah artiku bagiMu CintaMu setia selalu Pantaskah ku menyambut tubuh darahMu Karena banyak dosaku Sering ku ingkari cintaMu Dalam langkah hidupku . Ampunilah aku, ampuni kelemahanku Ampuni dosaku dalam kerahimanMu Agar ku mampu wartakan kasihMu Di dalam hidupku
wrpMdx. RENUNGAN Hari Minggu Biasa XXX 27 Oktober 2019 Sir. 3512-14,16-18; Mzm. 342-3,17-18,19,23; 2Tim. 46-8,16-18; Luk. 189-14. DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO “ ….Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Luk 1814 Bapak/Ibu, Saudara/i terkasih. Syair lagu “Siapakah aku di hadapanMu Tuhan Kau curahkan cintaMu?” sepintas langsung terngiang di benak saya ketika membaca perikop Injil Lukas 189-14. Gambaran perikop ini sungguh mengena bagi saya pribadi bahwa Allah membenarkan manusia bukan karena kesalehannya tetapi karena kesadaran dirinya akan kedosaan dan kebutuhan manusia akan rahmat Allah. Perumpamaan ini sangat menohok pada masyarakat zaman Yesus. Yesus menampilkan dua sosok yang sangat kontras. Tujuan Yesus sudah jelas tertulis di awal perikop ini. Yesus hendak menegur orang yang menganggap dirinya benar dan merendahkan orang lain. Konteks masyarakat zaman Yesus sangat feodal. Pemerintah dan pemegang jabatan keagamaan memiliki otoritas penuh untuk menyatakan kebenaran dan menyatakan orang lain bersalah. Yesus menampilkan dua sosok yang sangat kontras. Sosok pertama adalah orang Farisi. Bagi masyarakat zaman Yesus, orang Farisi memiliki kedudukan terhormat sehubungan dengan peran mereka dalam hidup keagamaan. Sosok ini menggambarkan kesalehan yang palsu. Berdiri merupakan sikap tubuh yang umum untuk berdoa Mat. 65; Mrk. 1125. Sikap berdiri sengaja disampaikan Yesus untuk memberi ilustrasi bahwa orang Farisi ini ingin dilihat orang. Bandingkan dengan sikap pemungut cukai yang tidak berani menengadah ke langit ayat 13. Sikap orang Farisi ini menunjukkan bahwa dia sedang berdoa kepada dirinya sendiri, atau untuk dirinya sendiri, dan bukan berdoa sendiri. “Aku tidak sama seperti semua orang lain. ayat 12”. Tidak diragukan bahwa perilakunya memang sebaik yang ia katakan itu. Persoalannya bukan terletak pada tindakannya, melainkan pada sikapnya yang menganggap diri benar. Berpuasa merupakan bagian dari ritual orang Yahudi, tetapi tidak disebutkan bahwa seseorang harus berpuasa dua kali dalam seminggu. Orang Farisi ini melampaui persyaratan Hukum Taurat. Sosok kedua yang ditampilkan adalah sosok pemungut cukai. Sosok ini mewakili orang yang disingkirkan masyarakat karena dianggap sebagai pengkhianat bangsanya. Dia berdiri jauh-jauh. Hal ini menunjukkan kesadaran dirinya bahwa dia membutuhkan Allah untuk membuat dirinya menjadi benar dibenarkan. Sikapnya yang lebih dahulu melihat dirinya dan tidak melihat keburukan orang lain dinyatakan dengan ungkapan “orang berdosa ini.” Kata penunjuk dipergunakan untuk menunjukkan bahwa si pemungut cukai hanya memikirkan dosa-dosanya sendiri. Dalam pandangannya dialah orang yang paling berdosa. Di akhir perikop ini dikatakan “pemungut cukai ini pulang sebagai yang dibenarkan.” Hal ini berarti memperhitungkan sebagai benar dan bukan karena dia sudah benar. Mengapa pemungut cukai ini dibenarkan? Karena sikap batinnya! Pertama, dia lebih dahulu menyadari diri sebagai pendosa, bahkan dengan jujur mengakuinya di hadapan Allah. Kedua, dia hidup semata-mata mengandalkan kasih Allah, terbukti dengan seruannya mohon belas kasih Allah. Hal ini sangat berkebalikan dengan kesalehan palsu orang Farisi. Bapak/Ibu, Saudara/i terkasih. Dalam kehidupan saat ini, apa yang dikatakan Yesus melalui perumpamaan ini sering kita hadapi. Ada orang yang terlibat aktif dalam kehidupan menggereja, menjadi pengurus gereja, mengikuti komunitas pelayanan bahkan lebih dari satu komunitas. Ada pula yang begitu hafal Kitab Suci dan peraturan liturgi. Ada yang setiap hari mengikuti Ekaristi, berpuasa, dan berpantang. Semua itu sangat baik karena menunjukkan kesalehan rohani. Jangan sampai semua kesalehan itu berubah menjadi kesalehan palsu atau bahkan formalisme beragama. Kesalehan palsu terjadi ketika di balik kesalehan itu, dia sibuk menghakimi orang lain dan merasa diri paling benar. Marilah saudara-saudara, kita membangun sikap yang lebih dahulu menyadari diri kita dan kesalahan kita serta mengandalkan Tuhan, sebagaimana diteladankan oleh pemungut cukai. Berkah Dalem Bonny Prima Saputra Lingk. St. Lucia Renungan peserta lomba menulis renungan dalam rangka BKSN 2019 Paroki Santo Yosep Purwokerto
Jadikan Hatiku Istana CintaMu Do = Bb Ciptaan Linus Putut Pudyantoro Bb Cm Bb/D Eb Siapakah aku dihadapanMu Tuhan Bb Cm C7 F D7 Kau curahkan cintaMu Gm Gm/F Eb Apakah artiku bagiMu Bb/D C7 Fsus F CintaMu setia selalu Bb Cm Bb/D Eb Pantaskah ku menyambut tubuh darahMu Bb Cm C7 F D7 Karena banyak dosaku Gm Gm/F Eb Sering ku ingkari cintaMu Bb/D Cm F Bb Dalam langkah hi- dupku Reff F Bb Eb Bb Ampunilah aku, ampuni kelemahanku F Bb Cm C7 F Ampuni dosaku dalam kerahimanMu D7 Gm Gm/F Eb Agar ku mampu wartakan kasihMu Dm Cm C7 F Di dalam hi- dup-ku Bb Eb Bb Bersihkan hatiku dengan sucinya cintaMu F Bb Cm C7 F Jadikan hatiku istana cintaMu D7 Gm Gm/F Eb Tempat yang layak untuk bersemayam Dm Cm F Bb Tubuh dan da- rah-Mu
Kuterpesona Melihat semua Kemurahan-Mu Kebaikan-Mu Dalam Hidupku Tak sekalipun Kau kecewakan S’lalu setia Tak ingkar janji Dalam hidupku Reff Ini aku, dihadapanMu Ku s’rahkan diriku, apa adanya Tak ada lagi keraguanku Bentukku jadi seperti yang Kau mau Kini aku, sujud berlutut MenyembahMu dalam Roh dan Kebenaran Aku percaya, Engkau yang sanggup Bawa diriku, masuk indah rencanaMu